Wednesday, December 19, 2012

LAPORAN KEBAKAAN



I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Fenotipe adalah suatu karakteristik baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotipe dan lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian fenotipe mencakup berbagai tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotipe adalah sesuatu yang dapat dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Dalam tingkatan ini, contoh fenotipe misalnya warna mata, berat badan, atau ketahanan terhadap suatu penyakit tertentu. Pada tingkat biokimiawi, fenotipe dapat berupa kandungan substansi kimiawi tertentu di dalam tubuh. Sebagai misal, kadar gula darah atau kandungan protein dalam beras. Pada taraf molekular, fenotipe dapat berupa jumlah RNA yang diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada elektroforesis.
Fenotipe ditentukan sebagian oleh genotipe individu, sebagian oleh lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan, pada sejumlah sifat, interaksi antara genotipe dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan sebagai aspek lingkungan (hidup) pula. Ide ini biasa ditulis sebagai           P = G + E + GE, dengan P berarti fenotipe, G berarti genotipe, E berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi antara genotipe dan lingkungan bersama-sama (yang berbeda dari pengaruh G dan E sendiri-sendiri.
Pengamatan fenotipe dapat sederhana (masalnya warna bunga) atau sangat rumit hingga memerlukan alat dan metode khusus. Namun demikian, karena ekspresi genetik suatu genotipe bertahap dari tingkat molekular hingga tingkat individu, seringkali ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotipe dalam berbagai tingkatan yang berbeda-beda. Fenotipe, khususnya yang bersifat kuantitatif, seringkali diatur oleh banyak gen. Cabang genetika yang membahas sifat-sifat dengan tabiat seperti ini dikenal sebagai genetika kuantitatif.
Genotipe (harafiah berarti “tipe gen”) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik dari suatu individu atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk pada keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan bahan genetik yang dibawa oleh kromosom (genom). Genotipe dapat berupa homozigot atau heterozigot. Setelah orang dapat melakukan transfer gen, muncul pula penggunaan istilah hemizigot.
Dalam genetika Mendel (genetika klasik), genotipe sering dilambangkan dengan huruf yang berpasangan; misalnya AA, Aa, atau B1B1. Pasangan huruf yang sama menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan adalah homozigot (AA dan B1B1), sedangkan pasangan huruf yang berbeda melambangkan individu heterozigot. Sepasang huruf menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan ini adalah diploid (2n). Sebagai konsekuensi, individu tetraploid (4n) homozigot dilambangkan dengan AAAA, misalnya.
Dalam genetika, alel (dari bahasa Belanda, allel, dibentuk dari kata bahasa Yunani, αλλήλων atau allélon, “saling berhadapan”) merupakan bentuk-bentuk alternatif dari gen pada suatu lokus. Alel terbentuk karena adanya variasi pada urutan basa nitrogen akibat peristiwa mutasi. Istilah ini muncul akibat penggunaan allelomorph oleh William Bateson pada buku karangannya Mendel’s Principles of Heredity (1902).
Lokus dikatakan bersifat polimorfik apabila memiliki variasi alel dalam suatu populasi dan, sebaliknya, dikatakan bersifat monomorfik (“satu bentuk”) apabila tidak memiliki variasi. Individu yang memiliki alel sama pada suatu lokus dikatakan memiliki genotipe yang homozigot sedangkan yang memiliki alel berbeda dikatakan heterozigot. Karena genotipe diekspresikan menjadi suatu fenotipe, alel dapat menyebabkan perbedaan penampilan di antara individu-individu dalam suatu populasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Mengetahui informasi yang dapat diperoleh dari latihan.
2.    Mengetahui adanya gen-gen yang dominan dan resesif dan pengaruhnya terhadap fenotipe dari individu.






  





  
II. TINJAUAN PUSTAKA


Hukum segregasi, Sebelum melakukan salib, setiap individumenghasilkan gamet yang mengandung setengah dari isi gen gen individu.Sebagai contoh, individu-individu akan membentuk gamet DD D, danindividu-individu akan membentuk gamet d. dd Pada individu Dd, yangmenghasilkan gamet gamet D dan d, akan terlihat bahwa gen D dan gen dakan dipisahkan (disegregasi) ke gamet yang terbentuk itu. Prinsip inikemudian dikenal sebagai hukum Mendel hukum segregasi atau akuHukum segregasi: "Pada waktu terakhir pembentukan gamet, tiap pasanggen akan disegregasi ke setiap gamet terbentuk" UU Pemilu Independen,Persilangan yang hanya menyangkut satu jenis pola pewarisan sifat-sifattersebut dengan yang disebutkan di atas disebut Mendel monohybrid salib.Mendel melakukan monohybrid salib untuk ke enam jenis properti, yaituwarna bunga (ungu-putih), warna kotiledon (hijau-kuning), warna biji(hijau-kuning), bentuk polong (rata-berlekuk), permukaan biji (halus-keriput), dan lokasi bunga (aksial-terminal) (Eisenmesser EZ. 2005).

Selain monohybrid salib, Mendel juga membuat salib dihibrid, yangmelintasi melibatkan dua macam pola sesaat perwarisan alam. Salahsatunya adalah persimpangan kedelai murni biji kuning-halus dengan galur murni biji hijau-keriput. Tanaman kedelai menghasilkan generasi F1 Semua biji kuning-halus. Ketika tanaman F1 diperbolehkan dilumatkan itusendiri, maka diperoleh empat macam individu generasi F2, masing-masing dari benih-halus kuning, kuning-keriput, hijau-halus, dan hijau-keriput dengan rasio 9: 3: 3: 1. Jika gen yang menyebabkan biji kuningdan hijau, masing-masing adalah gen G dan g, adalah gen yangmenyebabkan biji halus dan keriput, masing-masing adalah gen W dan genw, maka persilangan dihibrid skema terdsebut dapat digambarkan sebagai berikut diagram (Parson. 1994).

Mekanisme penurunan sifat dari parental kepada individu anaknya pertama kali dikemukakan oleh George Mendel (1826- 1884) dengan meneliti penurunan ciri-ciri baka pada kacang kapri (Pisum Sativum). Dengan mengawinkan strain galur murni dari suatu fenotif yang berbeda, misalnya kacang kapri yang bunganya berwarna merah disilangkan dengan bunganya yang berwarna putih. Hasil pesilangan tersebut menunjukkan bahwa turunan pertama (F1) semuanya mempunyai warna bunga seperti salah satu dari parentalnya (merah atau putih semua). Kalau generasi F1 tersebut dibiarkan menyerbuk sendiri maka warna bunga dari generasi F2 akan memisah dengan perbandingan 3 bagian bunganya berwarna seperti parentalnya (generasi F1) dan 1 bagian seperti bunga kakek atau neneknya yang tidak muncul pada generasi F1. Dengan demikian Mendel menjelaskan bahwa masing-masing sifat baka diatur oleh sepasang “factor” yang akan memisah pada waktu pembentukan gamet, sehingga masing-masing gamet hanya mengandung satu “factor” untuk sifat baka tertentu. Penelitian Mendel selanjutnya dengan mengamati dua sifat baka yang berbeda, mengungkapkan bahwa pada  waktu pembentukan gamet, alel mengalami segregasi secara bebas, sehingga disebutnya ”hukum pemisahan secara bebas  (Anonim, 2011).
Ilmu genetika mendefinisikan dan menganalisis keturunan (heredity) atau konstansi dan perubahan pengaturan dari berbagai fungsi fisiologis yang membentuk karakter organisme. Unit keturunan disebut gen, adalah suatu segmen DNA yang nukleotidanya membawa informasi karakter biokimia atau fisiologis tertentu. Pendekatan tradisional pada genetika telah mengidentifikasikan gen sebagai dasar kontribusi karakter fenotip atau karakter dari keseluruhan stuktural dan fisiologis dari suatu sel atau organisme, karakter fenotip seperti warna mata pada manusia atau resistensi terhadap antibiotik pada bakteri, pada umumnya di amati pada tingkat organisme. Dasar kimia untuk variasi daam fenotip, atau perubahan urutan DNA dalam suatu gen atau dalam organisasi gen      (Sastrodinoto, 1990).
Ada dua hukum Mendel yang pokok yaitu :                                                      
a.     Hukum Mendel I
Dalam pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Untuk membuktikan hukum Mendel dilakukan penyilangan dengan memperhatikan satu sifat beda dan monohybrid.
     b.    Hukum Mendel II
Pada saat pembelahan miosis yaitu pada pembentukan gamet gen sealel akan memisahkan diri secara bebas dan akan mengelompokkan dengan gen lain yang bukan alelnya ( Surya ,1996).

Bahwa hukum segregasi secara bebas (Hukum Pertama Mendel) secara garis besar mencakup tiga pokok yaitu :
       1.    Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter.       Ini adalah konsep mengenai alel.
  2.    Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari tetua betina.
       3.    Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan.  Alel resesif yang tidak terekspresikan tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk.

     Hukum Mendel kedua menyatakan bahwa, setiap ahli dari sepasang alel boleh bergabung secara acak dengan satu alel mana saja dari pasangan gen yang lain ketika berlangsung pembelahan reduksi (meoisis) pada waktu pembentukan gamet-gamet.  Jadi, segregasi pasangan gen tersebut tidak saling ketergantungan dengan pemisahan gen lainnya. Dalam salah satu percobaanya, Mendel menyilangkan varietas biji bulat dengan biji keriput. Generasi parentalnya disebut generasi P, serbuk sari dari benang sari varietas biji bulat dan diserbuki oleh putik varietas biji keriput. Silang berlawanan dilakukan serbuk sari, benang sari varietas biji keriput dioleskan pada puti varietas biji bulat. Dalam kasus ini dihasilkan oleh bunga yang diserbuk silang ini bulat- bulat tidak ada biji yang berbentuk pertengahan (Kimball, 1994).

















III. METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan mengenai golongan darah yaitu  jarum Franke, gelas obyek, dan penutup. Sedangkan untuk percobaan fenotipe yaitu menggunakan tabel fenotipe.
Bahan yang digunakan untuk percobaan golongan darah yaitu serum berisi antibodi, anti A, anti B, dan darah praktikan. Sedangkan untuk percobaan fenotipe yaitu menggunakan kaca pembesar.
3.2 Cara Kerja
A.  Cara kerja tipe golongan darah
1.        Bagilah gelas obyek menjadi 3 bagian dan tandai bagian paling kiri dengan A, sebelah kanannya B dan yang paling kanan C sebagai tanda kontrol. Atau gunakan 3 gelas obyek yang berbeda.
2.        Sterilkan jarum Franke dengan memanaskannya di atas lampu spiritus selama kira-kira 5 menit.
3.        Dengan alkohol 70% usapkan jari tengah anda dan juga jarum Franke yang akan digunakan. Kemudian dengan jarum Franke tusuklah jari tengah anda sehingga keluar darahnya.
4.        Teteskan darah anda pada masing-masing gelas obyek.
5.        Teteskan serum antibodi A pada bagian A, dan serum antibodi B pada bagian B.
6.        Dengan batang gelas yang bersih aduklah cairan pada bagian A dengan hati-hati agar tidak tercampur dengan cairan di bagian B. Dengan batang gelas yang lain, aduklah cairan di bagian B, dan dengan batang gelas yang lain aduk cairan di bagian C.
7.        Setelah ½ menit amati cairan bagian mana yang terjadi penggumpalan (aglutinasi). Bila terjadi penggumpalan, eritrosit akan mengelompok menjadi satu. Kalau kurang jelas amati di bawah mikroskop binokuler.
8.        Buat data pada tabel.
9.        Dengan menggunakan kemungkinan genotipe golongan darah di bagian pengantar, perkirakan genotipe golongan darah anda sekeluarga.

B.  Cara kerja Sifat Baka lainnya :
1.         Periksa fenotipe dari sifat baka yang ada pada tabel, pada diri anda sendiri.
2.        Bila anda mempunyai fenotipe dominan, maka beri tanda (-) untuk gen ke-2.
3.        Perkirakan genotipe anda untuk masing-masing fenotipe
4.        Catat dari teman-teman dalam kelompok anda dan hitung. presentasenya.
5.        Bila keluarga anda sekata, usahakan untuk membuat hal yang sama untuk mereka














IV.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
a.Tabel golongan darah

No.

Nama

Golongan Darah
Kemungkinan Genotipe
1.
Paryanto (ayah)
AB
IAIB
2.
Hartati (ibu)
AB
IAIB
3.
M.Yogama S.M
AB
IAIB
4.
Dhea F.a
A
IAIA/IAIO










b. Kebakaan lainnya
No.
Ciri-ciri
Keterangan
Ayah
Ibu
Anak I
Anak II
1
Bentuk wajah
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
2
Bentuk mata
Biasa
Biasa
Biasa
Biasa
3
Warna mata
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
4
Bentuk hidung
Mancung
Mancung
Mancung
Mancung
5
Bentuk daun telinga
Terpisah
Terpisah
Terpisah
Terpisah
6
Bentuk rambut
Lurus
Ikal
Lurus
Lurus
7
Lesung dagu
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
8
Warna kulit
Coklat
Putih
Coklat
Coklat
9
Tinggi badan
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
10
Berat badan
Normal
Normal
Normal
Normal











4.2 Pembahasan
Genotipe (harafiah berarti "tipe gen") adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik dari suatu individu atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk pada keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan bahan genetik yang dibawa oleh kromosom (genom). Genotipe dapat berupa homozigot atau heterozigot. Setelah orang dapat melakukan transfer gen, muncul pula penggunaan istilah hemizigot.
Dalam genetika Mendel (genetika klasik), genotipe sering dilambangkan dengan huruf yang berpasangan; misalnya AA, Aa, atau B1B1. Pasangan huruf yang sama menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan adalah homozigot (AA dan B1B1), sedangkan pasangan huruf yang berbeda melambangkan individu heterozigot. Sepasang huruf menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan ini adalah diploid (2n). Sebagai konsekuensi, individu tetraploid (4n) homozigot dilambangkan dengan AAAA, misalnya.
Fenotipe adalah suatu karakteristik (baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotipe dan lingkungan serta interaksi keduanya.
Pengertian fenotipe mencakup berbagai tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotipe adalah sesuatu yang dapat dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Dalam tingkatan ini, contoh fenotipe misalnya warna mata, berat badan, atau ketahanan terhadap suatu penyakit tertentu. Pada tingkat biokimiawi, fenotipe dapat berupa kandungan substansi kimiawi tertentu di dalam tubuh. Sebagai misal, kadar gula darah atau kandungan protein dalam beras. Pada taraf molekular, fenotipe dapat berupa jumlah RNA yang diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada elektroforesis.
Fenotipe ditentukan sebagian oleh genotipe individu, sebagian oleh lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan, pada sejumlah sifat, interaksi antara genotipe dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan sebagai aspek lingkungan (hidup) pula. Ide ini biasa ditulis sebagai
P = G + E + GE,
dengan P berarti fenotipe, G berarti genotipe, E berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi antara genotipe dan lingkungan bersama-sama (yang berbeda dari pengaruh G dan E sendiri-sendiri.
Pengamatan fenotipe dapat diliahat dari bentuk fisik atau dapat dilihat dari luar . Namun demikian, karena ekspresi genetik suatu genotipe bertahap dari tingkat molekular hingga tingkat individu, seringkali ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotipe dalam berbagai tingkatan yang berbeda-beda.
Fenotipe, khhususnya yang bersifat kuantitatif, seringkali diatur oleh banyak gen. Cabang genetika yang membahas sifat-sifat dengan tabiat seperti ini dikenal sebagai genetika kuantitatif.
Hereditas adalah pewarisan watak dari induk ke keturunannya baik secara biologis melalui gen (DNA) atau secara sosial melalui pewarisan gelar, atau status sosial.
Sudah terlihat jelas oleh manusia-manusia sejak dahulu bahwa keturunan menyerupai induknya. Seperti contohnya pada buku Kejadian 30-46 meceritakan bagaimana Yakub dan Laban membagi domba mereka menjadi domba yang putih dan domba yang berbintik-bintik untuk memastikan tidak ada yang tercuri. Walaupun sudah jelas bagi orang-orang zaman dahulu bahwa dalam hereditas sifat dan watak diwariskan, mekanisme dari hereditas itu sendiri masih belum jelas.
Pada kebakaan lain terdapat anak daun telinga menggantung yang ditentukan oleh gen dominan autosom,warna mata hitam disebabkan oleh gen dominan homozigotik dimana mampu membentuk melanindalam jumlah besar sehingga mata berwarna coklat tua hingga berwarna hitam.gen dominan mempunyai perasa PTC didalam keluarga saya mempunyai bentuk rambut yang berbeda beda diantaranya ayah saya memiliki rambut lurus sedangkan ibu saya memiliki rambut kriting anak yang pertama sampai yang ketiga mempunyai rambut ikal sedangkan yang terakhir memiliki rambut lurus.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh faktor dalam (hereditas),dan faktor luar (lingkungan).faktor internal yaitu faktor yang ada didalam diri anak itu sendiri) yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengenbangkan dirinya sendiri,meliputi ben tuk tubuh,raut muka,sifat sifat bakat,penyakit.faktor eksternal yaitu hal hal yang datang dari luar diri anak meliputi pendidikan,pengalaman.keduanya memiliki keterkaitan yang kuat,setiap beroperasi dengan cara berbeda beda sesuai dengan kondisi lingkungan.pembawaan tidak akan kondusif bila tanpa didukung oleh lingkungan terhadap bawaan itu sendiri..



 
V.KESIMPULAN

Adapun kesimpulannya adalah
1.      golongan darah terbagi menjadi 4 yaitu golongan darah A,B,AB dan O
2.      ada sifat yang dapat terlihat langsung dengan mata (fenotif),dan ada sifat yang tidak bisa dilihat langsung dengan mata atau hanya diketahui oleh individu itu sendiri (genotif).
3.      Sifat yang diturunkan oleh kedua orang tuanya bisa berupa golongan darah,wajah,rambut bahkan yang lainnya
4.      Segala sesuatu yang terdapat dari dalam diri seseorang yang merupakan warisan atau turunan dari orang tuanya, baik fisik maupun psikis yang diwariskan melalui gen merupakan suatu faktor hereditas.
5.      Setiap individu mempunyai variasi genetik, sifat kebakan dari setiap individu berbeda.


DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2011. Genetika. www.google.co.id. Diakses pada tanggal 15 November 2012.
Eisenmesser EZ. 2005. Gregor Mendel's experiment. Erlangga .Jakarta
Kimbal, John W. 1994..Biologi Umum. Erlangga: Jakarta
Parson.1994. Biologi universitas. Pustaka Setia. Jakarta
Sastrodinoto. 1990. Biologi I. Gramedia: Jakarta
Suryo. 1996. Gienetika. Gaja Mada University Press (UEM): Yogyakarta

 




0 komentar: