I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Fenotipe adalah suatu
karakteristik baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku yang dapat
diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotipe dan lingkungan serta
interaksi keduanya. Pengertian fenotipe mencakup berbagai tingkat dalam
ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotipe adalah
sesuatu yang dapat dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Dalam
tingkatan ini, contoh fenotipe misalnya warna mata, berat badan, atau ketahanan
terhadap suatu penyakit tertentu. Pada tingkat biokimiawi, fenotipe dapat
berupa kandungan substansi kimiawi tertentu di dalam tubuh. Sebagai misal,
kadar gula darah atau kandungan protein dalam beras. Pada taraf molekular, fenotipe
dapat berupa jumlah RNA yang diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA
pada elektroforesis.
Fenotipe ditentukan sebagian
oleh genotipe individu, sebagian oleh lingkungan tempat individu itu hidup,
waktu, dan, pada sejumlah sifat, interaksi antara genotipe dan lingkungan.
Waktu biasanya digolongkan sebagai aspek lingkungan (hidup) pula. Ide ini biasa
ditulis sebagai P = G + E + GE,
dengan P berarti fenotipe, G berarti genotipe, E berarti lingkungan, dan GE
berarti interaksi antara genotipe dan lingkungan bersama-sama (yang berbeda
dari pengaruh G dan E sendiri-sendiri.
Pengamatan fenotipe dapat
sederhana (masalnya warna bunga) atau sangat rumit hingga memerlukan alat dan
metode khusus. Namun demikian, karena ekspresi genetik suatu genotipe bertahap
dari tingkat molekular hingga tingkat individu, seringkali ditemukan
keterkaitan antara sejumlah fenotipe dalam berbagai tingkatan yang
berbeda-beda. Fenotipe, khususnya yang bersifat kuantitatif, seringkali diatur
oleh banyak gen. Cabang genetika yang membahas sifat-sifat dengan tabiat
seperti ini dikenal sebagai genetika kuantitatif.
Genotipe (harafiah berarti
“tipe gen”) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik dari
suatu individu atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk pada
keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan bahan genetik yang dibawa oleh
kromosom (genom). Genotipe dapat berupa homozigot atau heterozigot. Setelah
orang dapat melakukan transfer gen, muncul pula penggunaan istilah hemizigot.
Dalam genetika Mendel (genetika
klasik), genotipe sering dilambangkan dengan huruf yang berpasangan; misalnya
AA, Aa, atau B1B1. Pasangan huruf yang sama menunjukkan
bahwa individu yang dilambangkan adalah homozigot (AA dan B1B1),
sedangkan pasangan huruf yang berbeda melambangkan individu heterozigot.
Sepasang huruf menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan ini adalah diploid
(2n). Sebagai konsekuensi, individu tetraploid (4n) homozigot dilambangkan
dengan AAAA, misalnya.
Dalam genetika, alel (dari
bahasa Belanda, allel,
dibentuk dari kata bahasa Yunani, αλλήλων atau allélon,
“saling berhadapan”) merupakan bentuk-bentuk alternatif dari gen pada suatu
lokus. Alel terbentuk karena adanya variasi pada urutan basa nitrogen akibat
peristiwa mutasi. Istilah ini muncul akibat penggunaan allelomorph
oleh William Bateson pada buku karangannya Mendel’s Principles of Heredity (1902).
Lokus dikatakan bersifat
polimorfik apabila memiliki variasi alel dalam suatu populasi dan, sebaliknya,
dikatakan bersifat monomorfik (“satu bentuk”) apabila tidak memiliki variasi.
Individu yang memiliki alel sama pada suatu lokus dikatakan memiliki genotipe
yang homozigot sedangkan yang memiliki alel berbeda dikatakan heterozigot.
Karena genotipe diekspresikan menjadi suatu fenotipe, alel dapat menyebabkan
perbedaan penampilan di antara individu-individu dalam suatu populasi.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui informasi yang dapat diperoleh dari
latihan.
2.
Mengetahui adanya gen-gen yang dominan dan resesif dan
pengaruhnya terhadap fenotipe dari individu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hukum segregasi,
Sebelum melakukan salib, setiap individumenghasilkan gamet yang mengandung setengah dari isi gen gen
individu.Sebagai contoh, individu-individu akan membentuk gamet DD D, danindividu-individu akan membentuk gamet d. dd Pada
individu Dd, yangmenghasilkan
gamet gamet D dan d, akan terlihat bahwa gen D dan gen dakan dipisahkan (disegregasi) ke gamet yang terbentuk itu. Prinsip inikemudian dikenal sebagai
hukum
Mendel hukum
segregasi
atau
akuHukum segregasi:
"Pada waktu terakhir pembentukan gamet, tiap pasanggen akan disegregasi ke
setiap gamet terbentuk" UU Pemilu Independen,Persilangan yang hanya menyangkut satu jenis pola pewarisan sifat-sifattersebut
dengan yang disebutkan di atas disebut Mendel monohybrid salib.Mendel melakukan
monohybrid salib untuk ke enam jenis properti, yaituwarna bunga (ungu-putih), warna kotiledon (hijau-kuning), warna biji(hijau-kuning), bentuk polong (rata-berlekuk), permukaan
biji
(halus-keriput), dan lokasi bunga (aksial-terminal) (Eisenmesser EZ. 2005).
Selain monohybrid
salib, Mendel
juga membuat salib dihibrid, yangmelintasi melibatkan dua macam pola
sesaat
perwarisan alam. Salahsatunya adalah
persimpangan kedelai murni biji kuning-halus dengan galur murni biji hijau-keriput. Tanaman kedelai menghasilkan generasi F1 Semua biji
kuning-halus. Ketika tanaman F1 diperbolehkan dilumatkan itusendiri, maka diperoleh empat macam individu generasi F2, masing-masing
dari benih-halus kuning, kuning-keriput, hijau-halus, dan hijau-keriput dengan
rasio 9: 3: 3: 1. Jika gen yang menyebabkan biji kuningdan hijau, masing-masing adalah gen
G dan
g, adalah
gen
yangmenyebabkan biji halus dan keriput, masing-masing adalah gen W dan
genw, maka persilangan
dihibrid skema terdsebut dapat digambarkan sebagai berikut diagram
(Parson. 1994).
Mekanisme
penurunan sifat dari parental kepada individu anaknya pertama kali dikemukakan
oleh George Mendel (1826- 1884) dengan meneliti penurunan ciri-ciri baka pada
kacang kapri (Pisum Sativum). Dengan mengawinkan strain galur murni dari suatu
fenotif yang berbeda, misalnya kacang kapri yang bunganya berwarna merah
disilangkan dengan bunganya yang berwarna putih. Hasil pesilangan tersebut
menunjukkan bahwa turunan pertama (F1) semuanya mempunyai warna bunga seperti
salah satu dari parentalnya (merah atau putih semua). Kalau generasi F1
tersebut dibiarkan menyerbuk sendiri maka warna bunga dari generasi F2 akan
memisah dengan perbandingan 3 bagian bunganya berwarna seperti parentalnya
(generasi F1) dan 1 bagian seperti bunga kakek atau neneknya yang tidak muncul
pada generasi F1. Dengan demikian Mendel menjelaskan bahwa masing-masing sifat
baka diatur oleh sepasang “factor” yang akan memisah pada waktu pembentukan
gamet, sehingga masing-masing gamet hanya mengandung satu “factor” untuk sifat
baka tertentu. Penelitian Mendel selanjutnya dengan mengamati dua sifat baka
yang berbeda, mengungkapkan bahwa pada waktu pembentukan gamet, alel
mengalami segregasi secara bebas, sehingga disebutnya ”hukum pemisahan secara
bebas (Anonim, 2011).
Ilmu
genetika mendefinisikan dan menganalisis keturunan (heredity) atau konstansi
dan perubahan pengaturan dari berbagai fungsi fisiologis yang membentuk
karakter organisme. Unit keturunan disebut gen, adalah suatu segmen DNA yang
nukleotidanya membawa informasi karakter biokimia atau fisiologis tertentu.
Pendekatan tradisional pada genetika telah mengidentifikasikan gen sebagai
dasar kontribusi karakter fenotip atau karakter dari keseluruhan stuktural dan
fisiologis dari suatu sel atau organisme, karakter fenotip seperti warna mata
pada manusia atau resistensi terhadap antibiotik pada bakteri, pada umumnya di
amati pada tingkat organisme. Dasar kimia untuk variasi daam fenotip, atau
perubahan urutan DNA dalam suatu gen atau dalam organisasi gen (Sastrodinoto, 1990).
Ada dua hukum
Mendel yang pokok yaitu :
a.
Hukum Mendel I
Dalam
pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Untuk membuktikan
hukum Mendel dilakukan penyilangan dengan memperhatikan satu sifat beda dan
monohybrid.
b. Hukum Mendel II
Pada saat pembelahan miosis yaitu pada pembentukan
gamet gen sealel akan memisahkan diri secara bebas dan akan mengelompokkan
dengan gen lain yang bukan alelnya ( Surya ,1996).
Bahwa
hukum segregasi secara bebas (Hukum Pertama Mendel) secara garis besar mencakup
tiga pokok yaitu :
1. Gen
memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Ini adalah konsep mengenai alel.
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang
berbeda, alel dominan
akan terekspresikan. Alel resesif
yang tidak terekspresikan tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk.
Hukum
Mendel kedua menyatakan bahwa, setiap ahli dari sepasang alel boleh bergabung
secara acak dengan satu alel mana saja dari pasangan gen yang lain ketika
berlangsung pembelahan reduksi (meoisis) pada waktu pembentukan
gamet-gamet. Jadi, segregasi pasangan gen tersebut tidak saling
ketergantungan dengan pemisahan gen lainnya. Dalam salah satu percobaanya,
Mendel menyilangkan varietas biji bulat dengan biji keriput. Generasi
parentalnya disebut generasi P, serbuk sari dari benang sari varietas biji
bulat dan diserbuki oleh putik varietas biji keriput. Silang berlawanan
dilakukan serbuk sari, benang sari varietas biji keriput dioleskan pada puti
varietas biji bulat. Dalam kasus ini dihasilkan oleh bunga yang diserbuk silang
ini bulat- bulat tidak ada biji yang berbentuk pertengahan (Kimball, 1994).
III. METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan
mengenai golongan darah yaitu jarum
Franke, gelas obyek, dan penutup. Sedangkan untuk percobaan fenotipe yaitu
menggunakan tabel fenotipe.
Bahan yang digunakan untuk percobaan
golongan darah yaitu serum berisi antibodi, anti A, anti B, dan darah
praktikan. Sedangkan untuk percobaan fenotipe yaitu menggunakan kaca pembesar.
3.2 Cara
Kerja
A. Cara kerja tipe golongan darah
1.
Bagilah gelas obyek menjadi 3 bagian dan tandai bagian
paling kiri dengan A, sebelah kanannya B dan yang paling kanan C sebagai tanda
kontrol. Atau gunakan 3 gelas obyek yang berbeda.
2.
Sterilkan jarum Franke dengan memanaskannya di atas
lampu spiritus selama kira-kira 5 menit.
3.
Dengan alkohol 70% usapkan jari tengah anda dan juga
jarum Franke yang akan digunakan. Kemudian dengan jarum Franke tusuklah jari
tengah anda sehingga keluar darahnya.
4.
Teteskan darah anda pada masing-masing gelas obyek.
5.
Teteskan serum antibodi A pada bagian A, dan serum
antibodi B pada bagian B.
6.
Dengan batang gelas yang bersih aduklah cairan pada
bagian A dengan hati-hati agar tidak tercampur dengan cairan di bagian B.
Dengan batang gelas yang lain, aduklah cairan di bagian B, dan dengan batang
gelas yang lain aduk cairan di bagian C.
7.
Setelah ½ menit amati cairan bagian mana yang terjadi
penggumpalan (aglutinasi). Bila terjadi penggumpalan, eritrosit akan
mengelompok menjadi satu. Kalau kurang jelas amati di bawah mikroskop
binokuler.
8.
Buat data pada tabel.
9.
Dengan menggunakan kemungkinan genotipe golongan darah
di bagian pengantar, perkirakan genotipe golongan darah anda sekeluarga.
B. Cara kerja Sifat Baka lainnya :
1.
Periksa
fenotipe dari sifat baka yang ada pada tabel, pada diri anda sendiri.
2.
Bila anda mempunyai fenotipe dominan, maka beri tanda
(-) untuk gen ke-2.
3.
Perkirakan genotipe anda untuk masing-masing fenotipe
4.
Catat dari teman-teman dalam kelompok anda dan hitung.
presentasenya.
5.
Bila keluarga anda sekata, usahakan untuk membuat hal
yang sama untuk mereka
IV.HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL
a.Tabel
golongan darah
No.
|
Nama
|
Golongan Darah
|
Kemungkinan
Genotipe
|
1.
|
Paryanto (ayah)
|
AB
|
IAIB
|
2.
|
Hartati (ibu)
|
AB
|
IAIB
|
3.
|
M.Yogama S.M
|
AB
|
IAIB
|
4.
|
Dhea F.a
|
A
|
IAIA/IAIO
|
b. Kebakaan lainnya
No.
|
Ciri-ciri
|
Keterangan
|
||||
Ayah
|
Ibu
|
Anak I
|
Anak II
|
|||
1
|
Bentuk wajah
|
Bulat
|
Bulat
|
Bulat
|
Bulat
|
|
2
|
Bentuk mata
|
Biasa
|
Biasa
|
Biasa
|
Biasa
|
|
3
|
Warna mata
|
Hitam
|
Hitam
|
Hitam
|
Hitam
|
|
4
|
Bentuk hidung
|
Mancung
|
Mancung
|
Mancung
|
Mancung
|
|
5
|
Bentuk daun telinga
|
Terpisah
|
Terpisah
|
Terpisah
|
Terpisah
|
|
6
|
Bentuk rambut
|
Lurus
|
Ikal
|
Lurus
|
Lurus
|
|
7
|
Lesung dagu
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
8
|
Warna kulit
|
Coklat
|
Putih
|
Coklat
|
Coklat
|
|
9
|
Tinggi badan
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
|
10
|
Berat badan
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
|
4.2
Pembahasan
Genotipe
(harafiah berarti "tipe gen") adalah istilah yang dipakai untuk
menyatakan keadaan genetik dari suatu individu
atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk pada keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan
bahan genetik yang dibawa oleh kromosom (genom). Genotipe dapat berupa homozigot
atau heterozigot.
Setelah orang dapat melakukan transfer gen, muncul pula
penggunaan istilah hemizigot.
Dalam genetika Mendel (genetika
klasik), genotipe sering dilambangkan dengan huruf yang berpasangan; misalnya
AA, Aa, atau B1B1. Pasangan huruf yang sama menunjukkan
bahwa individu yang dilambangkan adalah homozigot (AA dan B1B1),
sedangkan pasangan huruf yang berbeda melambangkan individu heterozigot.
Sepasang huruf menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan ini adalah diploid
(2n). Sebagai konsekuensi, individu tetraploid
(4n) homozigot dilambangkan dengan AAAA, misalnya.
Fenotipe
adalah suatu karakteristik (baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan
perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme
yang diatur oleh genotipe dan lingkungan serta interaksi keduanya.
Pengertian fenotipe mencakup berbagai tingkat
dalam ekspresi gen dari suatu organisme.
Pada tingkat organisme, fenotipe adalah sesuatu yang dapat dilihat/diamati/diukur,
sesuatu sifat atau karakter. Dalam tingkatan ini, contoh fenotipe misalnya
warna mata, berat badan, atau ketahanan terhadap suatu penyakit tertentu. Pada
tingkat biokimiawi, fenotipe dapat berupa kandungan substansi kimiawi tertentu
di dalam tubuh. Sebagai misal, kadar gula darah atau kandungan protein
dalam beras. Pada taraf molekular, fenotipe dapat berupa jumlah RNA yang diproduksi atau
terdeteksinya pita DNA
atau RNA pada elektroforesis.
Fenotipe ditentukan sebagian oleh genotipe
individu, sebagian oleh lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan, pada
sejumlah sifat, interaksi antara genotipe dan lingkungan. Waktu biasanya
digolongkan sebagai aspek lingkungan (hidup) pula. Ide ini biasa ditulis
sebagai
P = G + E + GE,
dengan P berarti fenotipe, G berarti genotipe, E
berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi antara genotipe dan lingkungan
bersama-sama (yang berbeda dari pengaruh G dan E sendiri-sendiri.
Pengamatan fenotipe dapat diliahat dari bentuk
fisik atau dapat dilihat dari luar . Namun demikian, karena ekspresi genetik
suatu genotipe bertahap dari tingkat molekular hingga tingkat individu,
seringkali ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotipe dalam berbagai
tingkatan yang berbeda-beda.
Fenotipe, khhususnya yang bersifat kuantitatif,
seringkali diatur oleh banyak gen. Cabang genetika yang membahas sifat-sifat
dengan tabiat seperti ini dikenal sebagai genetika kuantitatif.
Hereditas
adalah pewarisan watak dari induk ke keturunannya baik secara biologis melalui gen (DNA) atau secara
sosial melalui pewarisan gelar, atau status sosial.
Sudah terlihat jelas oleh manusia-manusia sejak
dahulu bahwa keturunan menyerupai induknya. Seperti contohnya pada buku Kejadian
30-46 meceritakan bagaimana Yakub dan Laban membagi domba mereka menjadi domba yang putih dan domba
yang berbintik-bintik untuk memastikan tidak ada yang tercuri. Walaupun sudah
jelas bagi orang-orang zaman dahulu bahwa dalam hereditas sifat dan watak
diwariskan, mekanisme dari hereditas itu sendiri masih belum jelas.
Pada
kebakaan lain terdapat anak daun telinga menggantung yang ditentukan oleh gen
dominan autosom,warna mata hitam disebabkan oleh gen dominan homozigotik dimana
mampu membentuk melanindalam jumlah besar sehingga mata berwarna coklat tua
hingga berwarna hitam.gen dominan mempunyai perasa PTC didalam keluarga saya
mempunyai bentuk rambut yang berbeda beda diantaranya ayah saya memiliki rambut
lurus sedangkan ibu saya memiliki rambut kriting anak yang pertama sampai yang
ketiga mempunyai rambut ikal sedangkan yang terakhir memiliki rambut lurus.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan
dan pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh faktor dalam (hereditas),dan faktor
luar (lingkungan).faktor internal yaitu faktor yang ada didalam diri anak itu
sendiri) yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut
mengenbangkan dirinya sendiri,meliputi ben tuk tubuh,raut muka,sifat sifat
bakat,penyakit.faktor eksternal yaitu hal hal yang datang dari luar diri anak
meliputi pendidikan,pengalaman.keduanya memiliki keterkaitan yang kuat,setiap
beroperasi dengan cara berbeda beda sesuai dengan kondisi lingkungan.pembawaan
tidak akan kondusif bila tanpa didukung oleh lingkungan terhadap bawaan itu
sendiri..
V.KESIMPULAN
Adapun kesimpulannya adalah
1.
golongan darah terbagi menjadi 4 yaitu
golongan darah A,B,AB dan O
2.
ada sifat yang dapat terlihat langsung
dengan mata (fenotif),dan ada sifat yang tidak bisa dilihat langsung dengan
mata atau hanya diketahui oleh individu itu sendiri (genotif).
3.
Sifat yang diturunkan oleh kedua orang
tuanya bisa berupa golongan darah,wajah,rambut bahkan yang lainnya
4.
Segala sesuatu yang terdapat dari dalam
diri seseorang yang merupakan warisan atau turunan dari orang tuanya, baik
fisik maupun psikis yang diwariskan melalui gen merupakan suatu faktor
hereditas.
5.
Setiap individu mempunyai variasi genetik,
sifat kebakan dari setiap individu berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2011. Genetika. www.google.co.id.
Diakses pada tanggal 15 November 2012.
Eisenmesser EZ. 2005. Gregor Mendel's experiment.
Erlangga .Jakarta
Kimbal, John W. 1994..Biologi
Umum. Erlangga: Jakarta
Parson.1994.
Biologi universitas. Pustaka Setia. Jakarta
Sastrodinoto. 1990. Biologi I. Gramedia: Jakarta
Suryo. 1996. Gienetika. Gaja Mada University Press (UEM): Yogyakarta
0 komentar:
Post a Comment